Bismillahirahmanirrahim
Segala Kekuasaan hanya milik Allah SWT
Alhamdulillah kembali dari Belitong (Belitung) dalam keadaan sehat walafiat meski tidak dipungkiri seluruh badan pegal linu karena ya, meski prepare dengan jaket kulit tetap masuk angin karena memang kurang tidur. Perbedaan cuaca antara Bandung yang sejuk dengan Belitung yang panas, cukup menguras kemampuan adaptasiku atas cuaca tersebut.
Tiba di Belitung pukul 16.00 sebab pesawat delay hampir 1 jam lebih. Langsung menuju penginapan dan istirahat sambil larak-lirik menu makanan yang mayoritas memang makanan laut. tetapi ada beberapa rumah makan yang menyajikan makanan selain makanan laut. Kupilih makanan laut sebab sepertinya sangat menggoda dan menggugah selera. Sup kepiting, udang bakar dan orange juice menyesaki perutku yang sejak sore kosong melongpong. Setelah tenang beristirahat dan Shalat Isya, aku bergegas tidur. Kupaksakan memejamkan mata tetapi, kantuk tak datang jua. Hp berdering dan si Manis terdengar sedikit cemas, mengabarkan Hafung anakku panas dan batuk-batuk, ia tidak mau makan dan minum susu, apalagi minum obat. Kutenangkan diri dan mencoba menenangkan Si Manis untuk selalu berdoa dan berharap pagi segera datang supaya Hafung segera di bawa ke dokter. Tidak terasa, dalam doa ku untuk kesembuhan Hafung aku tertidur. Subuh datang bersamaan dengan dering telpon si manis yang mengabarkan bahwa Hafung sudah mendingan dan mau di bawa ke dokter. Sejenak ku bersimpuh menghadap Illahi rabbi, sekaligus berdoa untuk kesembuhan Hafung dan kelurgaku. Malam pertama di Belitung memberikan pengalaman tersendiri. Jam 8, datang. Temanku Brudy menjemput, membawa mobilnya dan siap-siap mengajakku makan pagi dan berkunjung ke lokasi yang akan di lihat, apakah sesuai dengan ajuan di proposal atau tidak.
Jarak tempuh ke lokasi tersebut cukup jauh sekitar 30 kilometer, menyusuri jalanan yang kiri dan kanannya hutan dan tambang timah.
Selesai kegiatan, sekitar jam 15.oo aku melepas lelah menikmati makanan. Brudy menawarkan untuk mencoba
sup pelanduk (mangan pelanduk). Pelanduk adalah hewan sejenis Kancil. Para pemburu menangkapnya di hutan dan menjualnya ke restoran, bahkan jika ada hajatan katanya daging pelanduk jadi rebutan. Aku mencoba sup ini dan memang berbeda. Menjelang sore kusempatkan mengunjungi Pantai tanjung tinggi, jaraknya dari kota Tanjung Pandan cukup jauh, menembus perkebunan dan hutan serta ladang timah yang ditinggalkan begitu saja.
Hatiku cukup miris ketika menyaksikan daerah ini, beberapa kubangan besar bekas ladang timah yang ditinggalkan menyisakan tanda tanya besar tentang pengelolaan timah dan keserakahan eksploitasi sumber daya alam.
Tiba di pantai tanjung tinggi, semilir anginnya, hawanya yang sejuk. Keagungan Illahi kembali kusaksikan sore itu. Tiada keindahan yang dapat menandinginya. Tanjung tinggi memang merupakan tempat wisata yang jadi tujuan paling utama yang dikunjungi wisatawan jika berta
mu ke Belitung. Batu granit yang terserak di tepi pantai, air lautnya yang sebening kristal, pasir putihnya yang tiada tara semakin mengecilkan kekuasaan manusia atas kebesaran Allah SWT sang pencipta. Allahu Akbar. Memang kunjungan ke tempat ini bukan yang pertama, tapi yang kedua, tetapi berapa kali
pun datang ke tempat ini selalu menanamkan kerinduan untuk selalu kembali menghirup nuansa pantai yang asri. Allahu Akbar.
Kembali dari pantai ini menjelang sunset menghilang, begitu indah. Aku berharap bisa membawa si manis dan Hafung kelak ke tempat ini. mudah-mudahan.
Tiba di penginapan hari sudah gelap, aku terlelah. Target pekerjaan tercapai, sekaligus bisa menikmati keindahan Tanjung Tinggi yang menawan. Esok hari aku pulang, meninggalkan tanah ini untuk kembali menengok Hafung dan Si Manis.
Pukul 7.00 pagi tepat, brudy datang menjemput, hendak mengantarku ke bandara. Pesawat take off jam 7.50. Tiba di bandara setelah chek in kami duduk sambil menikmati kudapan serta kopi panas di kantin kecil bandara Hasan Juddin. Penumpang lain sama menikmati kopinya di meja masing-masing.
7.50, aku terbang menuju Jakarta. Lega rasanya, perjalanan menuju Jakarta hanya 50 menit, Aku tertidur pulas dan mimpi bertemu Hafung. Ia sangat manja dan mendekapku erat seolah tidak mau ditinggalkan.
Mimpiku pudar, ketika pesawat mendarat sempurna. Snack ku bawa saja dimasukkan ke tas punggung. Ku hidupkan Handphone dan ada 2 panggilan tidak terjawab dari teman kantorku. setel
ah kulihat ada 2 sms yang masuk.
sms ke-1 , dari si Manis : " Hafung sehat, sudah ke dokter dan tinggal tidur dan istirahat yang cukup", ia berharap untuk bertemu". hatiku gembira.
sms ke-2 :dari teman kantor : " Neng, mohon bantuannya, teman di kantor semua ke lapangan. Neng jangan pulang ke Bandung. " Aku sedikit terkejut.
Beberapa detik kemudian HP ini berdering, teman kantor calling:
"Assalamulaikum".
"Neng, mohon bantuannyanya. Sore ini ditunggu di Dermaga Merak untuk tugas yang sama ke Kabupaten Way Kanan Lampung Utara. Tapi pakai jalan darat, pakai penerbangan kami tidak bisa mengusahakan sebab pertanggungjawabannya harus jalan darat. Ben, menunggu di Dermaga merak jam 15.00, beserta akomodasi dan surat tugasnya. Please bantu ya, hanya sehari semalam kok..
siap ya neng ?..gmana?
Ia sangat berharap sekali aku menyetujuinya...
Aku tidak menjawab....
dan mungkin tidak akan berkata " Lampung, Aku datang!"....