Rabu, 22 Februari 2017

Rani

Tags

Rani pergi malam itu.Tanpa basa-basi lagi. Malam tak menjadikan halangan baginya. Seruan orang tuanya untuk tak beranjak dari rumahnya tak dihirukannya sama sekali. Hujan menemaninya pelan. Handphonenya yang canggihnya kini tak berguna. Pesan-pesan indah di grup Whatsappnya tak membuat hatinya bergeming. Maka di buangnya alat komunikasi itu ke dalam truk sampah yang bau. Hanya jerit dan gejolak yang kini ada alam hatinya. 

Angin menusuk-nusuk nadinya dengan pelan. Rani menatap masa depannya yang kosong. Bisikan itu membawanya pada padang keabadian untuk berkata bahwa ini lah hidup Gue. Tak disadari rambut pendeknya kini mulai memanjang, kuning langsat kulitnya
seakan tinggal kenangan. Kembali bisikan itulah yang menenggelamkannya.

,"Entah dimana kini Aku,". Tak terdengar kini seruan Baba, Mila dan Ocha. Teman dekatnya semasa kuliah. Teman anggota grup whatsapp nya yang selalu ceria. Baba mungkin sudah jadi mucikari. Mila mungkin sudah jadi agent traficking kelas atas yang licin bak belut sawah, selalu lihai dari tangkapan anggota kepolisian. Ocha tak ada kabarnya lagi, kabar terakhir ia hanya berkirim pesan di bbm tentang serunya dunia malam bersama para pria hidung belang. Ah mungkin kini ia jadi seorang penista.

Bulan-bulan yang gelap bersama hari-harinya yang padam. Rani menambal hidupnya dengan berjaga setiap malam. Menelisik gang -gang kecil mencari tikus. Menangkapnya dan menyimpannya dalam karung goni hingga mati. Gigi putih dan ranum bibirnya hilang oleh manisnya darah tikus yang ia gigit ketika meronta tertangkap basah.

Rani masih menyadari ia masih seorang perawan. Namun tak pernah ia hiraukan. Koran-koran rusak yang jadi kasur tempat tidurnya hampir semua sudah dibacanya. Kemampuan membaca Rani tak pernah hilang. Namun ia tidak bisa membaca siapa dirinya sebenarnya. Malam pekat, gang-gang sempit dan selokan kotor kini jadi teman sejatinya. Serta tentu jeritan tikus-tikus yang lapar dan mati dalam karung goninya. 

Rani masih senang melihat matanya sendiri. Cermin kecil dan sudah retak tempat ia memandang dirinya. Hitam putih matanya menenggelamkannya dalam rayuan dan bisikan yang tak pernah ia kenal. Rani sering mendengarnya. Namun tak pernah ia mengenalnya. Rintik hujan bulan Desember yang panjang memekakkan telinganya akan kehidupan sebelum dan sesudah ia melihat matanya lewat cermin kecil itu.

Tak ingat lagi kapan Ia terakhir memotong kukunya yang lentik. Tak ingat lagi kapan terakhir Ia membilas lekuk tubuhnya yang jadi dambaan para pria matang. Tak ingat lagi kapan terakhir Ia mengelus payudaranya yang kencang. Tak ingat lagi kapan terakhir Ia menyemprotkan wewangian di balik telinganya yang segar. Ah...Hanya satu kelebihan Rani saat ini, yaitu Rani masih bisa membaca koran usang yang dibuang tukang sampah di bak sampah tempat ia biasa berlabuh.

Suatu malam, tikus kotor membawa Rani pada sebuah sungai yang lebar. Pada sebuah cerukan, Rani terpeleset dan tercebur masuk ke sungai. Seorang Rani yang belia, terkejut dan tak sadarkan diri. 

Kidung malam berlalu
gelap dan gelap masih ada
tetap menempel dalam hati yang berbusa 

Kidung malam sirna
gelap dan gelap masih ada
seseorang membasuh tubuh ini dengan air yang hangat
memakaikan pakain yang indah dan wangi

Koran-koran busuk tidak lagi jadi alas tidur
kini berganti kasur empuk berbantal mewah
satu persatu pria datang 
tak tahu waktu 
tak tahu siapa

Perih rintih tak didengarnya
senyum puas  menghiasi wajahnya
tak terkira jumlah nya puntung rokok bergeletakan
berbagai merk dan bau yang berbeda
berbagai ludah yang busuk meleleh dalam mulutnya.

Tak ada air mata yang menemani Rani dalam gelapnya. Hanya ucapan kotor yang terdengar dalam temaramnya kamar itu. Rani ingin memakan bangkai tikus lagi. Namun kini ia tak menemukannya satu pun. Seorang lelaki masuk dan melihat wajahnya. Menyibakkan telinga Rani dan berkata," Dia masih berguna,". Gumamnya. 

Lelaki terakhir datang dan menyapanya. Sepertinya saya kenal wanita ini, gumamnya..








This Is The Newest Post

Terimakasih atas waktunya untuk berkunjung di rumah kecil ini. O ya, trims juga commentnya.
EmoticonEmoticon