Sebelum lebih jauh corat-coret, saya secara pribadi mau mengucapkan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada :
1. Mbak Aisha : seorang ibu anggun yang bermukim di Jeddah, Saudiarabia dan aktif menulis di blognya, tulisannya inspiratif, bahasanya menuai pujian dan greget.
2. Newsoul : seorang karyawati di Palembang, tulisannya selalu menarik untuk disimak, ungkapan logika tulisannya mudah dicerna dan saya penasaran atas tulisan barunya meski ga sempat nyimpan komentar
3. Annie : Seorang guru di daerah Garut, tulisannya ttg pendidikan formal, aktifitas disekolah dan motivasinya untuk selalu belajar selalu membuat saya malu (seusia dia selalu mempunyai niat untuk belajar)
4. Rachel : seorang ibu yang bijak, lembut, tulisannya humanis sebagai ibu, dan humanis sebagai penulis yang bisa menunjukkan posisinya ketika membahas sebuah topik.
Permohonan ini saya sampaikan atas ketidaksempatan saya mengerjakan PR-PR dari beliau yang telah menganugerahkan saya award " hottest female blogger" minggu yang lalu, yang sangat ciamik tersebut. Terima kasih banyak ya sist..semua.
Baiklah,..
coretan kali ini adalah tentang PSH. Jangan salah meng eja, P S H . bukan PSK. (maaf)
PSH, adalah singkatan dari Pendidikan Sepanjang Hayat. Selanjutnya saya singkat PSH saja ya. PSH merupakan salah satu landasan pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal/PNF). Ide dan pemikiran/gagasan PSH gagasan yang universal. Istilah Pendidikan sepanjang hayat muncul sekitar tahun 67-70 an. Meskipun demikian pada awal sebelum tahun tersebut pendidikan sepanjang hayat sudah muncul dan dilaksanakan oleh individu atau kelembagaan misalnya di di pondok-pondok pesantren, padepokan-padepokan, bahkan didalam keluarga. Bahkan pada saat manusia hidup, pendidikan sudah mulai ada.
Di Indonesia, penjajah kemudian memperkenalkan konsep pendidikan. Namun saat itu konsep pendidikan masih sangat sempit, pendidikan hanya terjadi diruangan, orang-orang yang belajar juga orang-orang tertentu. Kemudian muncul filsafat pendidikan sepanjang hayat.
Edgar Faure memandang bahwa konsep pendidikan sepanjang hayat sebagai sistem yang menyeluruh yang didalamnya terkandung prinsip-prinsip pengorganisasian untuk pengembangan pendidikan.
Pendidikan sepanjang hayat (lifelong education) selalu didampingi oleh belajar sepanjang hayat. keduanya tidak bisa dipisahkan, keduanya melekat. Knapper dan Kropley mengungkapkan : "Pendidikan sepanjang hayat mengacu pada serangkaian faktor-faktor ektrinsik, berorientasi pada penyediaan (suplay) dengan mengidentifikasi kebutuhan (the needs) dan penyediaan peralatan (the means). Sedangkan belajar sepanjang hayat bersifat instrinsik, beroeientasi permintaan dan sangat bergantung kepada motivasi dan kemampuan individu pembelajar. Pendidikan sepanjang hayat lebih mengacu pada aspek-aspek diluar individu, sedangkan belajar sepanjang hayat lebih pada kebiasaan belajar yang terus berkesinambungan. lebih pada "habit" individu. Pendidikan sepanjang hayat dan belajar sepanjang hayat keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu menciptakan masyarakat pembelajar (learning society).
Learning society diungkapkan Prof. Sutaryat sebagai masyarakat, yang didalamnya tedapat lembaga-lembaga pendidikan dan lembaga -lembaga non pendidikan yang secara potensial dan nyata memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat yang membutuhkannya. Masyarakat belajar adalah masyarakat yang secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar.
Ketika berkunjung ke daerah, saya pernah menemukan masyarakat membutuhkan layanan belajar, mereka dapat menagtur waktu kehidupannya untuk belajar, selain kehidupan lainnya seperti urusan rumah tangga, mengasuh anak dll. Seperti inikah, masyarakat pembelajar?
Ciri utama masyarakat pembelajar adalah dorongan untuk belajarnya secara terus menerus selalu tinggi.
Bro and sis.....
Delors (1996 :13-15;63-67) mengungkapkan bahwa pendidikan hendaknya diatur disekitar empat jenis belajar yang fundamental sifatnya sepanjang hayat kehidupan seseorang, yang dapat dikatakan sebagai sendi pengetahuan, yaitu : belajar mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), Belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi sesorang (learning to be) sehingga ia bisa tumbuh berkembang menjadi dirinya sendiri yang kuat dan mandiri.
Waktu kehidupan yang ditempuh oleh manusia adalah waktu untuk belajar. Belajar mengenai apa saja, belajar mengenai bidang pengetahuan yang ada didunia ini, untuk dikuasai guna meningkatkan kualitas kehidupan.
semoga bermanfaat