Rabu, 22 Oktober 2008

Jo, Si Badut

Duel berlangsung tak seimbang.Beberapa tusukan pisau kecil mencabik dada dan punggung Kimi.Tetesan darah segarnya tercium anyir menembus rongga hidung lawannya,Jo.

Jo.Seorang pemeran badut di kelompok drama kampung ternyata seorang yang mampu berlaku garang terhadap lawan duelnya. Setelah berbagai cacian dan makian yang menyelimuti hatinya, menggelapkan matanya dan menghilangkan suara lucunya.Cras..cras..sabetan pisau kecilnya merobek perut Kimi yang langsing terbalut kain merah.

Kimi terkapar ditemani pisau kecil Jo yang melongok sampai jantungnya. Malam itulah Kimi meninggalkan kita semua kawan...

Semua orang yang hadir dalam ruangan sempit berbau alkohol itu terdiam.Menyimpan dendam mendalam pada Jo. Kimi anggota gank termanis yang dikenalnya sebagai penghibur kala musim hujan datang, kini tidak dapat lagi menjadi pengobat rindu dan dinginnya malam yang akan mereka lewati bulan Oktober mendatang.

"Kita harus mencingcang Jo, Si Badut"!, Bibu berseru. Bunuh!Bunuh!Bunuh!. semua serentak dan berteriak, memaki dan menyesal tidak menyaksikan kepergian Kimi. Kesiap wajah mereka kehitaman menyertai murka mereka yang berlebihan pada Jo,si Badut!.

Jelang kematian Kimi, Wanita penghibur gank Gula Gula. Suasana kaampung tampak mencekam.Setiap warga tampak berhati-hati dalam berbicara.Malam-malam dihiasi suasana dingin dan kebekuan yang mengiris kulit hingga ke tulang belulang. Orang lebih memilih diam dirumah daripada berkumpul di warung-warung kopi, surau pun tampak sepi setelah isya, biasanya ramai dengan orang yang mengaji.

Seminggu sudah, Kimi meninggalkan bekas luka menganga bagi gank gula-gula. Kepergiannya ke alam baka, membuat Bibu makin menggila. Tiap malam ia menyebar anak buah menyisir setiap tempat yang dicurigai tempat persembunyian Jo, si Badut. Tapi sudah seminggu Jo, tidak ditemukan. Jo, si Badut seperti hilang ditelan bumi. Jangankan batang hidungnya, kelebat bayangannyapun tidak pernah kelihatan. Memang Jo dikenal licin selicin belut. Ia bisa menyamar sebagai siapa saja, wanita, nenek-nenek, waria ataupun apa saja.

Bibu kebingungan,anak buah andalannya sekalipun tidak mampu menemukan Jo. Si pembunuh Kimi.Suatu malam Bibu, berteriak-teriak gila. Anak buahnya tak ada yang mampu mengobati sakit hatinya Bibu atas kematian Kimi. Hanya beberapa botol minuman keras yang setia menyertainya. Anak buah bibu tak seorang pun yang berani mendekatinya. Bibu berteiak sejadi-jadinya, ia sangat menyesal tidak bisa membalas kematian Kimi yang sangat menyesakkan dada. Kimi tidak saja sebagai wanita yang menjadi pelepas segala kesusahan dan penderitaan Bibu, Kimi juga sebagai teman sekaligus wanita yang ia hormati karena sempat menyelamatkan nyawanya dari Kang Salhi yang mencoba meracunnya saat minum-minum di kedai kopi.

Sebagai manusia biasa,Bibu merasa bersalah tidak mampu membalas jasa kepada Kimi. Onggokan tanah merah tempat jasad Kimi dikebumikan tampak masih segar, seolah menunggu Bibu untuk dapat menemukan dan membalas dendam pada Jo. Kimi dikebumikan di belakang rumah tua tempat gank gula-gula berkumpul.

Makamnya dihiasi syal merahnya yang anggun. Syal merah itulah yang biasa melilit dileher indahnya. Syal merah itulah yang membuat orang tergoda untuk membopong Kimi ke atas ranjang. Kimi,satu-satunya wanita anggota gank Gula-gula. gank yang paling ditakuti dan disegani oleh warga masyarakat karena kebrutalannya,karena sikapnya yang tak mempunyai belas kasihan. Gank yang sekaligus disegani pihak keamanan karena licinnya pergerakan mereka.

Bibu terdiam,mata merahnya menatap tajam tempat bersemayamnya Kimi. Ia menangis sejadi-jadinya di depan batu nisan. tak dipedulikan lagi anak buahnya yang menonton terkesima, tak dipedulikan lagi sikap bengisnya. Bibu hanya menangis.menangis penyesalan yang mendalam. Ia tersungkur diatas makam Kimi. Tangannya menggenggam kuat tanah merah yang mengubur jasad Kimi.

Saat itu, sebuah bayangan hitam berkelebat. Menghampiri Bibu yang tersungkur di atas kuburan Kimi. sejenak bayangan itu mendekat dan kilauan pisau kecil tampak bersinar terkena cahaya bulan yang meredup, sosok itu menusuk punggung Bibu berkali-kali. darah segar menyembur dari punggungnya. Bibu terkapar tepat di atas kuburan kimi. darah segar menghiasi syal merah dan kurubran basah Kimi. titik-titik kecil air hujan tutun menyertai Bibu yang sekarat.


Anak buah Bibu, tidak mampu berbuat banyak. Mereka menyaksikan peristiwa yang berlangsung hanya beberapa detik itu dengan terkesima. Sosok hitam yang tidak dikenal itu menghilang ditelan kegelapan malam dalam sekejap.

Terimakasih atas waktunya untuk berkunjung di rumah kecil ini. O ya, trims juga commentnya.
EmoticonEmoticon