Laman

Rabu, 22 Februari 2017

Rani

Rani pergi malam itu.Tanpa basa-basi lagi. Malam tak menjadikan halangan baginya. Seruan orang tuanya untuk tak beranjak dari rumahnya tak dihirukannya sama sekali. Hujan menemaninya pelan. Handphonenya yang canggihnya kini tak berguna. Pesan-pesan indah di grup Whatsappnya tak membuat hatinya bergeming. Maka di buangnya alat komunikasi itu ke dalam truk sampah yang bau. Hanya jerit dan gejolak yang kini ada alam hatinya. 

Angin menusuk-nusuk nadinya dengan pelan. Rani menatap masa depannya yang kosong. Bisikan itu membawanya pada padang keabadian untuk berkata bahwa ini lah hidup Gue. Tak disadari rambut pendeknya kini mulai memanjang, kuning langsat kulitnya

Buai

Buai kasih menemani malam itu
menemani angin yang pecah
dalam genangan dan semburatnya cahaya

Aku masih tertatih
menemani cahaya
dan kilat yang selalu semu


Bandung, 2017

Buta Kah?

Gemerlap tahun,
Hilang
Perlahan

Tuhan...
inikah cara Engkau?

Buta kah?
Entah lah


Bandung, 2017