Senin, 15 Februari 2010

Di Telpon Ibu...

Malam ini, ketika sedang beres-beres mau pulang dari kantor tiba-tiba hp berbunyi. Oh ternyata dari Ibu.
Ibu : sudah sampai Bandung ?
saya : Ya, lagi dikantor, td kuliah pulangnya sore jadi ke kantor dulu sebentar. Ada apa Bu?
Ibu : Enggak, nanyain saja, kabarnya. Ibu inget terus. Gimana kabar si kecil, sehat juga?
Saya : Alhamdulillah. Gimana Ibu, sehat juga.
Ibu : Alhamdulliah. Syukurlah. Jaga kesehatan ya neng. jangan lupa shalat 5 waktu.
Saya : Baik Bu.
Ibu : Mari..assalamualaikum
Saya : Walaikumsalam...
Sejenak setelah percakapan tersebut, saya berlinang air mata. Saya tidak lagi bisa bersama Ibu. Meski tiap minggu saya selalu menyempatkan waktu bertemu dengannya, mengunjunginya dan selalu minta doa. Bagi saya sesibuk apapun saya selalu menyempatkan diri menemuinya. Memang setelah menikah, saya berpisah rumah dengan Ibu sehingga kami jarang bersama. Hanya hari minggu saya selalu sempatkan mengunjunginya. Alhamdulillah saya masih punya Ibu. Andaikan ia sudah tidak ada, mungkin tidak ada lagi yang menelpon saya malam-malam seperti tadi. Ibu meski jarak kami jauh secara geografis tapi ia selalu perhatian, memberikan nasehatnya yang tiada henti. Ya Rabb, jangan pisahkan dulu kami.
Bagaimana dengan Ibu anda?

Selasa, 09 Februari 2010

Karakter Wilayah

Akhir-akhir ini, perencanaan di kantor sedang giat-giatnya membumikan sebuah model pemberdayaan pada pemerintah desa dalam pengelolaan pendidikan non formal dengan berbasiskan karakter wilayah tertentu. Daerah yang jadi bidikan adalah Jawa Barat, Banten, Bengkulu dan Lampung. Karakter wilayah ini sendiri berpijak pada variabel mata pencaharian dan ekologi (lingkungan). Wacana kemudian berkembang untuk mendatangkan fakar sosiologi, dan salah satu yang didatangkan adalah Drs. Budi Rajab,M.Si salah satu dosen Unpad Bandung. Kang Budi, begitu kami memanggilnya. Ia sejak awal menanyakan tentang mengapa karakter wilayah yang diangkat dalam sebuah pemberdayaan pada pemerintah desa khususnya dalam pengelolaan pendidikan non formal berbasis kewilayahan. Alasan utama adalah karena kedua karakter tersebut memiliki pengaruh kuat dalam menyibak sifat sebuah wilayah yang berdampak pada dukungan pembangunan desa sebagai sebuah wilayah di dalam proses pembangunan pendidikan. Karakter ekologi disini adalah gambaran ekosistem lingkungan seperti daerah bergunung, pesisir, dataran rendah yang didalamnya ada keunikan tertentu yang berpengaruh pada sosial budaya masyarakat, juga pada mata pencaharian masyarakat secara ekonomis. Jika suatu wilayah dilihat dari karakter mata pencaharian maka akan terlihat secara jelas jenis mata pencaharian seperti dibidang pertanian, perkebunan, pesisir dan industri (manufaktur). Bila suatu wilayah dilihat dari karakter ekologi dan mata pencaharian maka akan lebih mudah, beda lagi bila karakter dilihat dari sifat. sangat sulit dan njlimet. Terkait karakter diatas, kami menyimpulkan bahwa katakter dominan untuk wilayah-wilayah yang telah disebutkan diatas yaitu pesisir,pertanian, perkebunan dan industri. Lebih lanjut Kang Budi membedakan perkebunan memiliki dua kategori yaitu perkebunan kecil dan besar. Sifat perkebunan kecil biasanya luasnyanya terbatas, milik individu, sifat mobilitas pemiliknya relatif rendah. Sedangkan perkebunan besar dimiliki oleh pihak yang memiliki modal besar, sifat mobilitasnya relatif lebih tinggi, lahannya cenderung luas dan biasanya sudah ada sejak lama, jenis tanaman yang ditanamnya lebih monokultur dan jumlah pekerja yang banyak. Lihatlah perkebunan-perkebunan teh di Jawa Barat yang notabene dibuat sejak jaman kolonial dan luasnya hektaran. Beda lagi dengan industri kecil dan industri besar. Industri kecil bisanya milik sendiri (owners) dengan jumlah tenaga kerja relatif sedikit. Industri besar, masyarakat didalamnya sebagai labour, bukan pemilik (owners), waktu mereka sangat padat dengan mobilitas tinggi, sehingga waktu luang yang dimilikinyapun terbatas.
Lebih lanjut, Kang Budi memandang bahwa ada perbedaan masyarakat pesisir di pesisir pantai selatan Jawa Barat dengan pesisir pantai utara. Dilihat dari segi lingkungan pesisir pantai selatan merupakan pantai yang bergunung-gunung diselingi sawah-sawah dan sifat ombaknya besar. Tidak banyak nelayan yang berkategori sebagai nelayan. Nelayan dipantai selatan menangkap ikan hanya untuk keperluan makan saja, jumlah nelayan yang mengolah ikan untuk keperluan produksi juga relatif kecil jumlahnya sehingga nelayan disana juga ada yang sebagai petani. Beda dengan pesisir pantai utara yang cenderung secara tipologi wilayah merupakan daerah dataran rendah, ombaknya kecil dan ikan yang melimpah. Mata pencaharian penduduk mayoritas nelayan yang benar-benar nelayan yang menangkap ikan sebagai mata pencaharian.
Melihat peta wilayah sasaran secara keseluruhan , Kang Budi juga memberikan input bahwa daerah pesisir lebih banyak terdapat di Jawa (pantai utara), cilacap, indramayu, banyuwangi, Sulawesi, Sumatera utara (dengan pelabuhan besar Bagan si api-api). Banten dikategorikan sebagai wilayah industri besar, dan industri kecilnya hanya sedikit (meski kita mengenal emping melinjo bersumber dari Banten). Lampung dikategorikan sebagai daerah peladangan besar dan peladangan kecil, tetapi jumlah sawahnya juga relatif luas. Bengkulu memiliki wilayah perkebunan yang luas dan besar. Karet dan kopi sangat mendominasi, meskipun ada juga daerah perkebunan teh di sekitar daerah Kepahiang dengan teh hijaunya yang berorientasi ekspor. Masyarakat Bengkulu juga secara individu mereka memiliki kebon-kebon sendiri, milik sendiri yang dikelola secara mikro.
Maksud dari membumikan karakter wilayah dalam sebuah pemodelan disini yaitu memandang bahwa karakter wilayah memiliki pengaruh kuat dalam pengembangan wilayah secara mikro dan kemudian menjadi modal kuat dalam pemberdayaan wilayah secara makro dikemudian hari. Pengembangan wilayah ini berawal dari mengangkat model pendidikan yang berkarakter kewilayahan, sebab ada beberapa input bahwa masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Bukankah masing-masing daerah memiliki potensi, kebutuhan dan tagtangan dan keberagaman lingkungan? Dari sinilah semua paparan diatas berawal.

Senin, 01 Februari 2010

Hunting Jas Hujan

Musim hujan sedang rutin mengguyur Jawa Barat. Terutama daerah Jawa Barat bagian selatan. Tasikmalaya, Garut, Bandung yang sering saya lewati seminggu sekali. Karena mobilitas sehari-hari sering pakai motor ke kantor, otomatis jika pulang sore atau pulang ke Tasikmalaya tak ayal kehujanan terus, sementara jas hujan yang ada sepertinya sudah tidak layak lagi. Sering rembes, karena jas hujannya kurang bagus. Oleh karena itu saya berniat mencari jas hujan yang cukup baik dan harganya pas di kantong.
Pencarian diawali dengan mendatangi beberapa kios perlengkapan dan aksesories motor. Karena lagi musim hujan, maka jas hujan dimana-mana kosong.Disela-sela kesibukan kantor, saya nyari referensi tentang jas hujan yang baik dan tahan lama terutama di situs-situs para bikers. Banyak yang merekomendasikan ttg jas hujan ini. Harganya pun bervariatif. Bahkan saya sempat telpon ke pihak yang khusus jual aksesories motor, disana tersedia tidak hanya jas hujan yang baik, tetapi juga aksesories bikers mulai dari celana koboi bikers, jaket kulit, sarung tangan, topi helm, masker ninja, pelindung kaki, sepatu boots anti air, dll.
Ah, tidak puas hanya telpon ke penjual khusus aksesories motor, saya mendatangi outlet Ace hardware di Istana Plaza Jl. Pasir Kaliki Bandung yang disarankan oleh teman kantor. eh..ternyata habis juga. waduh..dah kehujanan menuju ace hardware ternyata barang yang dituju tidak ada. Pihak Ace hardware di IP merekomendasikan untuk menuju ke IBCC jalan Ahmad yani. Dan AKhirnya ketemu juga. Ada jas hujan yang cukup representatif dan harganya terjangkau.
Jas hujan yang cukup baik adalah :
- memiliki tudung kepala
- terbuat dari bahan yang lembut dan pasti 100% tidak tembus air
- jahitannya dilapisi bahan pressan sehingga air tidak merembes
- lebih baik gunakan jas hujan yang 2 pieces (atasan dan bawahan) sehingga memudahkan manuver berkendara, (jas hujan batman kurang baik sebab beresiko terlilit)
- ada juga jas hujan berbentuk rok, tapi sy pikir kurang nyaman untuk berkendara

Akhirnya saya beli juga. Dan kini saya terlindugi dari derasnya hujan..thanks para informan.....