Sebujur bangkai
Ciptaan : Rhoma irama
Badan pun tak berharga sesaat ditinggal nyawa
Anak isteri tercinta tak sudi lagi bersama
Secepatnya jasad dipendam
Secepatnya jasad dipendam
Karena tak lagi dibutuhkan
Diri yang semula dipuja
Kini bangkai tak berguna
Dari kamar yang indah kasur empuk tilam putih
Kini harus berpindah terkubur dalam perut bumi
Kalau selama ini diri berhiaskan
Emas intan permata bermandi cahaya
Tetapi kali ini di dalam kuburan
Gelap pekat mencekam tanpa seorang teman
Terputuslah pergaulan
Terbujurlah sendirian
Diri terbungkus kain kafan
Wajah dan tubuh indah yang dulu dipuja-puja
Kini tiada lagi orang sudi menyentuhnya
Jadi santapan cacing tanah
Jadi santapan cacing tanah
Sampai yang tersisa kerangka
Begitulah suratan badan
Ke bumi dikembalikan
Kebanyakan manusia terlena sehingga lupa
Bahwa maut ‘kan datang menjelang
Saya dan Kang Pendi
Bagi saya, Kang Pendi merupakan teman dan guru saya. Saya banyak belajar darinya ketika ia menawarkan saya menjadi MC (pembawa acara ) disebuah pentas qasidah modern. Ceritanya begini, di kampung kami mempunyai grup qasidah modern. Para personel grup tersebut semuanya bersaudara. Kang Pendi pegang melodi gitar, Kang Ihin bass, Kang Isman dan kang Yudi di Organ melodi dan ritme, Kang Hendri di gitar rithme, Kang Sudia di gendang, dan Kang Apud memainkan suling. Saya kebagian MC nya, karena pada ga mau dan merasa pendidikan saya paling tinggi diantara teman-teman. Jadi di daulat deh..(pada saat itu saya baru rampung kuliah dan pulang ke kampung sehingga belum punya pekerjaan tetap).
Para penyanyinya sebagian masih berasal dari kampung kami dan kampung tetangga. Kami khusus mementaskan lagu-lagu qasidah modern, lagu-lagu dangdut juga sebenarnya kami mainkan jika ada pesanan/orderan. Terserah yang pesan saja. Meski grup kami masih muda, orderan datang dari beberapa wilayah, mereka biasanya yang punya hajatan seperti pernikahan, sunatan, sampe kenaikan kelas pun kami terima. Yang penting, bisa menghibur meski kami menyadari penampilan kami masih minimal dan masih belajar. Bergabungnya kami dalam grup tersebut bukanlah profesi, tetapi mengisi sela-sela kehidupan kami yang belum terisi pekerjaan tetap waktu itu.
Kang Pendi, sangat piawai memainkan melodi lagu-lagu qasidah, maupun lagu-lagu dangdut apalagi lagu-lagu ciptaan Rhoma Irama. Kami sama-sama mengidolakannya. Lagu diatas mengingatkan saya pada suatu malam ketika kami berlatih bersama. Dia memetik gitar dan memaikan melodi lagu tersebut dengan sempurna. Saat itu saya memainkan gendang. Saya belajar gendang juga, hingga tangan ini lecet-lecet. saat-saat itu selalu saya ingat.
Suara gendang yang saya mainkan mengiringi lagu tersebut dengan terputus-putus, kami tertawa bersama. Lagu diatas, paling tidak mengisahkan tentang sebujur bangkai, ketika sudah menjadi bangkai maka ditinggalkanlah segala keindahan dunia, ditinggalkan segala yang melekat dalam diri kita, pangkat, jabatan, perhiasan, hubungan kemanusiaan, yang dibawa hanyalah amal kebaikan selama hidup di dunia. Mengingatkan kita akan kematian yang pasti akan datang menjemput. Allahu Akbar...
Enak-enak susah memainkan gendang, jika pas dengan alunan lagu tentu akan enak terdengarnya. Saya belajar memainkan gendang dangdut dari Kang Pendi, karena memang ga ada les gendang waktu itu..(he..he..). Perjalanan pentas qasidah modern pimpinan Kang Pendi boleh dikatakan cukup berhasil meski kami tidak masuk dapur rekaman, dan saya akui pendapatannya tidak terlalu besar. Tapi saya menyukainya, saya banyak belajar tampil di depan umum, menguasai suasana panggung, berkomunikasi dengan penonton yang lebih banyak masyarakat tingkat menengah ke bawah. Memuaskan penonton dengan buaian lagu qasidah yang kebanyakan menyerukan nuansa kebaikan, meski kadang diselingi lagu-lagu dangdut. Meski diselingi lagu dangdut tapi kami memilih lagu-lagu dangdut yang memiliki pesan-pesan dan makna yang baik untuk masyarakat.
Karena beberapa kesibukan dari para personel qasidah, akhirnya grup qasiadh modern kami mulai menurun intensitas manggungnya bahkan personelnya mulai berpindah ke pekerjaan baru.
Kang Pendi Meninggal
Ketika terdengar kabar tersebut, saya begitu terkejut. Kang Pendi, sang melodist yang piawai memainkan gitar meninggalkan kami. Ia meninggal karena sakit jantung. Begitu tiba-tiba ia meninggalkan kami. Selamat jalan Kang...
semoga amal ibadahmu di terima oleh Allah SWT.
Amin
salam