Senin, 26 Oktober 2009

Selamat Jalan Kang Pendi.....

Assalamualaikum...
Sebelum lebih jauh menulis, berikut saya kutip judul lagu Sebujur Bangkai ciptaan Rhoma Irama.

Sebujur bangkai

Ciptaan : Rhoma irama

Badan pun tak berharga sesaat ditinggal nyawa
Anak isteri tercinta tak sudi lagi bersama

Secepatnya jasad dipendam
Secepatnya jasad dipendam
Karena tak lagi dibutuhkan
Diri yang semula dipuja
Kini bangkai tak berguna

Dari kamar yang indah kasur empuk tilam putih
Kini harus berpindah terkubur dalam perut bumi

Kalau selama ini diri berhiaskan
Emas intan permata bermandi cahaya
Tetapi kali ini di dalam kuburan
Gelap pekat mencekam tanpa seorang teman

Terputuslah pergaulan
Terbujurlah sendirian
Diri terbungkus kain kafan

Wajah dan tubuh indah yang dulu dipuja-puja
Kini tiada lagi orang sudi menyentuhnya

Jadi santapan cacing tanah
Jadi santapan cacing tanah
Sampai yang tersisa kerangka
Begitulah suratan badan
Ke bumi dikembalikan

Kebanyakan manusia terlena sehingga lupa
Bahwa maut ‘kan datang menjelang

Lagu diatas melintas dalam benakku, ketika Kang Pendi meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Siapa Kang Pendi ? Ia adalah Kakak Ipar saya. Hari kamis lalu ia meninggal karena sakit jantung, usianya masih muda sekitar 42 tahun. Saya begitu kehilangan. Kang Pendi, adalah sang gitaris di kampung kami yang mahir memainkan gitar. Khususnya melodi-melodi lagu-lagu dangdut, apalagi lagu-lagu Rhoma Irama.

Saya dan Kang Pendi
Bagi saya, Kang Pendi merupakan teman dan guru saya. Saya banyak belajar darinya ketika ia menawarkan saya menjadi MC (pembawa acara ) disebuah pentas qasidah modern. Ceritanya begini, di kampung kami mempunyai grup qasidah modern. Para personel grup tersebut semuanya bersaudara. Kang Pendi pegang melodi gitar, Kang Ihin bass, Kang Isman dan kang Yudi di Organ melodi dan ritme, Kang Hendri di gitar rithme, Kang Sudia di gendang, dan Kang Apud memainkan suling. Saya kebagian MC nya, karena pada ga mau dan merasa pendidikan saya paling tinggi diantara teman-teman. Jadi di daulat deh..(pada saat itu saya baru rampung kuliah dan pulang ke kampung sehingga belum punya pekerjaan tetap).
Para penyanyinya sebagian masih berasal dari kampung kami dan kampung tetangga. Kami khusus mementaskan lagu-lagu qasidah modern, lagu-lagu dangdut juga sebenarnya kami mainkan jika ada pesanan/orderan. Terserah yang pesan saja. Meski grup kami masih muda, orderan datang dari beberapa wilayah, mereka biasanya yang punya hajatan seperti pernikahan, sunatan, sampe kenaikan kelas pun kami terima. Yang penting, bisa menghibur meski kami menyadari penampilan kami masih minimal dan masih belajar. Bergabungnya kami dalam grup tersebut bukanlah profesi, tetapi mengisi sela-sela kehidupan kami yang belum terisi pekerjaan tetap waktu itu.
Kang Pendi, sangat piawai memainkan melodi lagu-lagu qasidah, maupun lagu-lagu dangdut apalagi lagu-lagu ciptaan Rhoma Irama. Kami sama-sama mengidolakannya. Lagu diatas mengingatkan saya pada suatu malam ketika kami berlatih bersama. Dia memetik gitar dan memaikan melodi lagu tersebut dengan sempurna. Saat itu saya memainkan gendang. Saya belajar gendang juga, hingga tangan ini lecet-lecet. saat-saat itu selalu saya ingat.
Suara gendang yang saya mainkan mengiringi lagu tersebut dengan terputus-putus, kami tertawa bersama. Lagu diatas, paling tidak mengisahkan tentang sebujur bangkai, ketika sudah menjadi bangkai maka ditinggalkanlah segala keindahan dunia, ditinggalkan segala yang melekat dalam diri kita, pangkat, jabatan, perhiasan, hubungan kemanusiaan, yang dibawa hanyalah amal kebaikan selama hidup di dunia. Mengingatkan kita akan kematian yang pasti akan datang menjemput. Allahu Akbar...
Enak-enak susah memainkan gendang, jika pas dengan alunan lagu tentu akan enak terdengarnya. Saya belajar memainkan gendang dangdut dari Kang Pendi, karena memang ga ada les gendang waktu itu..(he..he..). Perjalanan pentas qasidah modern pimpinan Kang Pendi boleh dikatakan cukup berhasil meski kami tidak masuk dapur rekaman, dan saya akui pendapatannya tidak terlalu besar. Tapi saya menyukainya, saya banyak belajar tampil di depan umum, menguasai suasana panggung, berkomunikasi dengan penonton yang lebih banyak masyarakat tingkat menengah ke bawah. Memuaskan penonton dengan buaian lagu qasidah yang kebanyakan menyerukan nuansa kebaikan, meski kadang diselingi lagu-lagu dangdut. Meski diselingi lagu dangdut tapi kami memilih lagu-lagu dangdut yang memiliki pesan-pesan dan makna yang baik untuk masyarakat.
Karena beberapa kesibukan dari para personel qasidah, akhirnya grup qasiadh modern kami mulai menurun intensitas manggungnya bahkan personelnya mulai berpindah ke pekerjaan baru.
Kang Pendi Meninggal
Ketika terdengar kabar tersebut, saya begitu terkejut. Kang Pendi, sang melodist yang piawai memainkan gitar meninggalkan kami. Ia meninggal karena sakit jantung. Begitu tiba-tiba ia meninggalkan kami. Selamat jalan Kang...
semoga amal ibadahmu di terima oleh Allah SWT.
Amin
salam


Rabu, 14 Oktober 2009

Di Traktir Zuma...


Bismillahirrahmaniirahim...
Bro and sis..gimana kabarnya? Mudah-mudahan semua ada dalam kondisi sehat walafiat. amin.
Alhamdulillah, hampir dua minggu ke belakang tidak coret-coret lagi di blog ini. Ada beberapa hal yang harus diselesaikan. Hari ini kuliah sampe sore hingga ga bisa pulang cepat,sebab hujan selalu mencegat laju kepulanganku. Zuma, minta diantar pulang dia menawarkan makan nasi padang di sebuah kantin kecil dipinggir jalan. Nasi padang yang hangat, rendangnya yang pedas, tumis terong kesukaanku, dan goreng ikan mujair yang renyah kusantap bersama hangatnya teh manis. Zuma, membayar biaya makannya, kuucapkan terimakasih untuk itu. Ketika hendak pulang, hujan kembali turun deras, kami tidak bisa menghindar sehingga terpaksa duduk di kantin tersebut sambil menikmati orange jus panas.
Sambil nongkrong nunggu hujan reda, kami ngobrol tentang aproval and disaproval materi yang minggu lalu aku presentasikan. Topik ini terkait dengan setuju dan tidak setuju nya sebuah inovasi diterima oleh masyarakat dalam konteks community development. Bahwa masyarakat akan memberikan persetujuan atas sebuah inovasi jika inovasi yang ditawarkan kepada masyarakat itu sesuai dengan nilai dan norma masyarakat bersangkutan. Selain faktor nilai dan norma yang ada di masyarakat, juga dipengaruhi oleh motivasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri, oleh karena itu agen pembaharu (dalam hal ini komunikator /pembawa pesan) harus memiliki karakter seperti credibility, expertise, and trustworthiness, atrativeness, similarity to audience, likability, inpires emotional involvement, power.
Pembicaraan beralih kepada kecepatan adopsi sebuah inovasi. Kecepatan adopsi akan dipengaruhi oleh sifat-sifat atau ciri yang melekat pada inovasi variabel kecepatan adopsi. Sifat yang melekat pada inovasi yaitu keuntungan relatif, kesesuaian, kompleksitas, triabilitas, kompabilitas. Sedangkan variabel yang melekat pada kecepatan adopsi antara lain tipe keputusan inovasi, saluran komunikasi yang digunakan, sifat-sifat sosial (norma dan keguyuban) serta gencarnya agen pembaharu dalam mempromosikan inovasi.
Salah satu contoh yang paling greget adalah ketika Departemen Kesehatan meluncurkan program hidup bersih terkait dengan kebiasaan membuang hajat di tempat tertutup. Salah satunya di Kabupaten Indramayu tahun 2005. Ketika itu masyarakat pedesaan terbiasa membuang hajat di selokan kecil, hingga sanitasi lingkungan terganggu. Maklum kondisi geografisnya lebih banyak selokan. Depkes menawarkan program untuk membiasakan masyarakat buang hajat di tempat tertutup dan pembuangan akhirnya ke septiktank. Tetapi karena sudah menjadi kebiasaan masyarakat membuang hajat di tempat terbuka, nyatanya program ini dinilai kurang diadopsi oleh masyarakat. Sebab mungkin masyarakat memiliki kenyamanan tersendiri ketika buang hajat di tempat terbuka yang sangat berbeda dengan tempat tertutup, atau bahkan mereka tidak bisa sama sekali. Karena sudah terbiasa, maka ini menjadi terhambat cepatnya sebuah adopsi inovasi.
Contoh lain ketika tahun 70-an program KB diluncurkan. Saat itu nilai dan norma serta masyarakat masih menganut paham bahwa banyak anak banyak rejeki, program KB saat itu cukup terganjal tetapi berkat gencarnya agen pembaharu mempromosikan inovasi yang dibawanya pada akhirnya program KB berhasil juga.
Zuma, terkantuk-kantuk. Mungkin karena perut sudah kenyang dan dia kurang tidur. Kami terpaksa pulang meski hujan masih mengguyur, Si Merah kupacu menuju tempat ngontraknya Zuma. Aku mampir dan shalat ashar meski terlambat...
Maaf kan aku ya Allah..semoga kehilafan ini tidak terulang.
Terima kasih Zuma atas makan dan ngobrolnya...
wassalam

Kamis, 01 Oktober 2009

Aproval and.......baca selanjutnya...Thanks

Approval and Disapproval
chapter 3

attitude change and social influence by athur R.Cohen

Hovland, Janis dan Kelley (1953), dalam sebuah diskusi mengenai dampak dari sebuah kepercayaan terhadap alat komunikasi, dimaksudkan terhadap banyaknya kemungkinan yang mempengaruhi alasan orang-orang untuk menerima atau menolak komunikasi, harapan/kepercayaan ini termasuk dalam hal yang baik dan buruk. Menjadi bersikap adil dianjurkan atau bersikap memanipulasi dengan alat komunikasi, dan menyetujui dari atau yang tidak disetujui oleh yang lainnya, khususnya berbicara dengan cara memerintah melalui alat komunikasi,”Hal ini sepertinya menjadi suatu harapan yang mampu menimbulkan motif yang telah menjadi dasar dari pengalaman sebelumnya dimana secara individual telah diakui”.

Suatu harapan yang tidak disetujui atau disetujui telah menjadi pertimbangan yang utama melalui masukan dalam persuasi pada tangan yang lain, keinginan untuk menyetujui dari sebuah kelompok referensi kepada alat komunikasi yang berdiri untuk memfasilitasi tolakan dari komunikasi persuasive, hal ini juga menuntun pemikiran kita melalui reaksi dari kawan sebaya kita dan anggota dari kelompok social lain yang ada di lingkungan kita. Mari kita periksa beberapa hal yang ditemukan yang berkaitan kepada hal yang tersimpul didalamnya untuk perubahan sikap dari harapan sebagai hadiah atau hukuman, sebagaimana yang telah dikeluarkan oleh kedua alat komunikasi yang bergengsi dan yang lainnya disekitar kita.

Pelajaran Daripada Efek Disetujui Dan Tidak Disetujui

Dari beberapa pelajaran yang telah diketahui secara langsung memberikan efek menyetujui atau tidak menyetujui dalam sikap yang berubah-ubah Berdasarkan hal tersebut diatas. Walaupun subjek menyetujui atau tidak menyetujui dengan pernyataan dari sikap yang terlihat. Ketika “baik” atau ”benar” diberikan setiap kali subjek setuju dengan pendapat dan sikap otoriter, mereka memperlihatkan perubahan lebih kepada posisi “Demokratis”.

Hildum dan Brown (1956) mempelajari efek dari menyetujui dalam khususnya dari sebuah survey mengenai sikap dalam pendidikan umum, mereka yang secara eksperimen telah merespon dengan “baik” telah merubah sikap mereka sendiri kepada sikap yang konsisten dengan penguatan lebih daripada mereka yang secara eksperimen hanya mengatakan “mm-hmm”.

Dalam pelajaran pertamanya (Scott, 1957) dia menyebabkan beberapa mahasiswa dalam ikatan debat dengan tiga permasalahan yang berbeda : Pelatihan militer secara umum, jam malam untuk mahasiswi, dan pendapat mengenai sepak bola. Dalam debat mereka, subjek mengambil sisi yang berlawanan dengan mereka yang telah mempunyai pendapat sendiri, setelah “dapat”,setengah dari subjek diperbolehkan untuk mengungkapkan posisi mereka dengan menyatakan bahwa mereka “Pemenang”; dan yang setengahnya sebagai yang “kalah.” Hasil dari eksperimen menunjukkan bahwa subjek yang dinyatakan pemenang menunjukkan perubahan sikap yang signifikan lebih baik terhadap posisi mereka daripada mereka yang dinyatakan sebagai yang kalah.

Dalam eksperimen keduanya, Scott (1959.a) menggunakan beberapa prosedur yang berbeda. Dengan dihadiri oleh tiga orang juri, subjek diberikan pertanyaan terlebih dahulu untuk mengemukakan persoalan yang dibahas (berlawanan dengan posisi mereka sendiri.); eksperimen yang mendukung subjek lawan dimana mereka diberi kesempatan untuk menyanggah. Tindakan akhir dari sikap menunjukkan bahwa subjek yang mempunyai kebiasaan berbicara, secara mencengangkan merubah sikap mereka lebih baik dalam posisi disaat mereka debat.

Dalam eksperimen berikutnya, Scott (1959.b) menunjukkan bahwa subjek yang ada dalam debat permasalahan dan mereka dipaksa untuk memilih teman sekelas mereka (mereka dipilih sebagai “Pemenang”) merubah sikap mereka lebih baik daripada ketika mereka sebagai yang “kalah”. Hasil yang ditunjukkan adalah bahwa telah terjadi beberapa peningkatan permanen. Sebagai bukti yang diambil dari hasil ujian akhir kedua yang dilakukan seminggu setelah debat.

Perubahan Sikap Dari Anggota Kelompok

Banyak penelitian menemukan bahwa angggota kelompok menentang komunikasi yang berlawanan dengan norma dan nilai kelompok, dan menerima persetujuan yang dapat diterjemahkan kedalam terminology kemungkinan sosialisasi setuju dan tidak setuju, sebuah keterlibatan seorang kawan sebaya dalam perubahan prilaku dan perkembangan dalam eksperimen yang dilakukan oleh Rhine (1958). Dalam eksperimen ini beberapa subjek memberikan tanggapan setelah mendengarkan tanggapan dari tiga kelompok yang seharusnya menjadi teman belajar, sedangkan subjek yang lain memberikan tanggapan mereka secara pribadi, hasilnya menunjukkan bahwa subjek yang mendengarkan kelompok tanggapannya memiliki kesamaan yang lebih kuat, daripada mereka yang menanggapi secara pribadi.

Kelley dan Woodruff (1956) menunjukkan apa yang terjadi apabila anggota kelompok mendengarkan komunikasi persuasive secara terus menerus kepada kelompok mereka secara normal mempelajari bahwa setiap anggota telah mengekspresikan rasa setuju dari komunikasi tersebut dalam eksperimen ini. Sekelompok pejaran mengalami perubahan yang mengarah kepada guru yang mendengarkan dimasa perkuliahan untuk disimpan/direkam sebagai bahan pidato, dimana telah disebutkan untuk kembali kepada metode kelas tradisional daripada mereka yang membela disebut pendidik yang maju.

Setengah dari subjek dinyatakan bahwa mereka mendengarkan pada “anggota yang bertepuk tangan”- yaitu anggota yang mampu dari kelompok mereka yang dipilih oleh pemirsa; setengah lainnya dinyatakan sebagai : orang luar “berdasarkan pada pemirsa”. Kedua eksperimen tersebut menunjukkan perubahan dari masing masing kelompok ketika mereka berpendapat.

Kelly dan Volkhart (1952) menemukan bahwa orang yang kebanyakan lebih kuat termotivasi untuk mempertanyakan kedudukan mereka sebagai anggota di kelompoknya dan walaupun berdasarkan kebanyakan anggota tersebut menyetujui dari kelompok tersebut lebih memilih untuk menerima komunikasi dengan posisi pembela untuk mempertahankan norma dan nilai dari kelompok mereka.

Hubungan ini diantara nilai-nilai dari keanggotaan dan ketahanan terhadap perubahan sikap lebih cepat ketika sikap para subjek dianggap lebih menjengkelkan, sebuah ilustrasi yang nyata bahwa setuju atau tidak setuju tidaklah secara langsung bisa diterima dengan efektif, apa yang lebih sering terlihat hampir semua hal yang harus dipelajari tentang persetujuan dan ukan mengidahkan ketidaksetujuan dari pada kelompok. Mereka yang menempatkan nilai yang sangat tinggi dalam keanggotaan mereka pada satu kelompok lebih rentan terhadap hukuman social dari perlakuan kelompok lainnya, sebanyak mereka mempelajari motif yang kuat untuk membangun hubungan pertemanan dengan anggota yang lain dan memperkuat harga diri mereka, serta status sebagai anggota.

Bro and sis...

ada yang mau ngasih komen, materi diatas ? thanks banget saya tunggu feed backnya.

semoga bermanfaat

salam